Minggu, 29 April 2012

Pemerintah Dorong Pemakaian Aplikasi "Open Source"



Pemerintah mendorong masyarakat menggunakan peranti lunak atau software open source. Pasalnya, penggunaan peranti lunak open source lebih menghemat anggaran.

Dirjen Aplikasi dan Telematika Kementerian Komunikasi dan Informatika Ashwin Sasongko menjelaskan, pemerintah memang mendorong masyarakat menggunakan peranti lunak legal. Namun, apabila memiliki dana terbatas, masyarakat bisa memilih peranti lunak open source.

"Kita hanya sebatas mengimbau untuk memakai software open source, tetapi tidak mengharuskan. Itu akan menghemat pengeluaran," kata Ashwin dalam jumpa pers Indonesia Open Source Award (IOSA) di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika Jakarta, Selasa (13/3/2012).

Sesuai dengan Surat Edaran Kementerian Komunikasi dan Informatika Nomor 5 Tahun 2005 tanggal 24 Oktober 2005, pemerintah meminta seluruh masyarakat menggunakan peranti lunak legal.

Hal itu seiring program pemerintah dan industri untuk mendistribusikan dan mengedukasi masyarakat dalam penggunaan peranti lunak yang resmi.

Sebagai penetrasi awal, Kementerian Komunikasi dan Informatika akan mengimbau lembaga pemerintah termasuk badan usaha milik negara untuk memakai peranti lunak legal, khususnyaopen source.

Imbauan kepada lembaga pemerintah ini diharapkan bisa menyebar ke masyarakat keseluruhan, bahkan juga bisa ke lembaga swasta.

 "Untuk tahap awal, imbauan pemakaian software open source ini dilakukan ke lembaga pemerintah, termasuk BUMN. Salah satu yang menggunakan adalah Pemerintah Kabupaten Pekalongan. Nanti pemkab lain diharapkan bisa menirunya," katanya.

Untuk imbauan ke lembaga pemerintah, Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara (Menpan) telah membuat Surat Edaran Menpan No 1/2009 tanggal 30 Maret 2009 tentang imbauan lembaga pemerintah menggunakan peranti lunak open source.

"Khusus untuk lembaga swasta, kita baru bicara dengan Kamar Dagang Indonesia (Kadin), tetapi ini bukan keharusan," ujarnya.

Aturan terbatas

Hingga saat ini, pemerintah mengaku hanya menggunakan surat edaran untuk mengimbau lembaga pemerintah ataupun masyarakat untuk memakai peranti lunak open source. Pemerintah belum bisa mewajibkan penggunaan peranti lunak open source bagi khalayak.

"Untuk bisa setingkat undang-undang, itu perlu proses. Pasalnya, ada pidana bagi yang tidak memakai open source tersebut bila harus menggunakan aturan setingkat undang-undang," katanya.

Ashwin mengaku aturan mengenai penggunaan peranti lunak open source memang bisa dilakukan setingkat peraturan menteri, instruksi presiden, atau bahkan setingkat undang-undang.

Akan tetapi, karena penggunaan peranti lunak ini akan melibatkan banyak industri, terutama menyangkut persaingan bisnis peranti lunak legal dan ilegal, maka tidak bisa langsung diterapkan.

"Untuk bisa setingkat undang-undang bisa saja karena Menkominfo sendiri menjadi Ketua Teknologi Informasi dan Komunikasi. Namun, untuk bisa setingkat undang-undang, itu perlu waktu," tuturnya.

Hemat anggaran
Ketua IOSA I Made Wiryana menjelaskan pemakaian peranti lunak open source khususnya bagi lembaga pemerintah tentunya akan menghemat pengeluaran anggaran rutinnya.

"Bahkan bisa menghemat anggaran Rp 32 miliar," kata Wiryana.

Dia mencontohkan jika satu peranti lunak berharga 50 dollar AS, apabila lembaga pemerintah memiliki komputer sebanyak 1.000 unit, pemerintah harus mengeluarkan biaya investasi sebesar 50.000 dollar AS.

Padahal, bila memakai perangkat open source, biaya investasi pun bisa dihemat meski belum bisa dihitung secara persentase.

Independensi
Di sisi lain, penggunaan peranti lunak open source ini akan menguntungkan pengguna, khususnya dalam hal ketergantungan (independensi) dan keamanan data.

Justru bila dengan menggunakan proprietary software, data kita kemungkinan ada penyadapan oleh pihak asing karena sebagian besar peranti lunak diciptakan oleh perusahaan asing.

"Bila menggunakan software open source, data kita akan diamankan oleh pihak kita sendiri," kata Wiryana. 

8 Aplikasi Open Source Untuk Web Designer



www






Ada banyak aplikasi open source yang dapat membantu anda sebagai seorang web designer.
Pada artikel ini, anda akan menemukan 8 aplikasi-aplikasi open source yang sangat berguna untuk seorang web designer.
Aplikasi tersebut dapat membantu anda mempermudah proses pembuatan suatu website.
1. SeaMonkey
SeaMonkey dikembangkan oleh Mozilla Foundation.
SeaMonkey merupakan “all-in-one” web browser yang sederhana namun canggih untuk editor HTML .
Download : http://www.seamonkey-project.org/
2. KompoZer.
KompoZer adalah fully-featured web authoring system yang terpadu klien FTP yang intuitif dan support untuk semua sistem operasi.
Download : http://kompozer.net/
3. NOTEPAD++.
NotePad ++ merupakan aplikasi open source yang sangat popupler sebagai editor teks untuk Windows.
Walaupun tidak hanya semata-mata untuk web designer tetapi aplikasi ini memiliki “source code editor” yang mendukung editor HTML, XML, CSS, dan JavaScript.
Download : http://notepad-plus.sourceforge.net/uk/site.htm



4. Bluefish Editor.
Bluefish Editor adalah aplikasi yang ringan dan cepat untuk proses editor yang ditujukan untuk perancang dan programer web.
Mempunyai fasiltas Wizards yang berguna untuk pembuatan dokumen HTML.
Download : http://bluefish.openoffice.nl/
5. Quanta Plus.
Quanta Plus adalah pengembangan Web IDE.
Quanta Plus sangat extensible dan dapat menjalankan skrip kustom.
Aplikasi ini sangat baik untuk editor css karena memiliki kode hints dan auto komplet sintaks.
Download : http://quanta.kdewebdev.org/
6. Amaya.
Amaya adalah aplikasi gratis, open source web editor dan browser web yang dikembangkan oleh World Wide Web Consortium (W3C).
Amaya dimulai sebagai HTML / CSS editor dan telah berkembang menjadi sebuah editor untuk berbagai sistem berbasis XML seperti MathML dan SVG.
Download : http://www.w3.org/Amaya/
7. OPEN BEXI HTML Builder.
OPEN BEXI HTML Builder adalah browser berbasis open source untuk menciptakan aplikasi HTML halaman web.
OPEN BEXI HTML Builder memiliki CSS color picker built.
Download : http://sourceforge.net/projects/ob-htmlbuilder/
8. jEdit.
jEdit adalah sebuah editor teks untuk programmers.
jEdit dapat berjalan di Mac, Windows, dan Linux dan mempunyai fasilitas “syntax highlighting” untuk HTML, XML, CSS, JavaScript dan bahasa pemrograma lainnya.
Download : http://www.jedit.org/


sumber : http://finderonly.com/2009/02/22/8-aplikasi-open-source-untuk-web-designer/

Minggu, 15 April 2012

Open Source Software (OSS) Keinginan Mulia dan Kenyataan di Lapangan





Pendahuluan

"Open Source Software" (OSS), menurut Esther Dyson (1998), didefinisikan sebagai perangkat lunak yang dikembangkan secara gotong-royong tanpa koordinasi resmi, menggunakan kode program (source code) yang tersedia secara bebas, serta didistribusikan melalui internet. Menurut Richard Stallman (1998), budaya gotong royong pengembangan perangkat lunak itu sendiri, telah ada sejak komputer pertama kali dikembangkan. Namun ketika dinilai memiliki nilai komersial, pihak industri perangkat lunak mulai memaksakan konsep mereka perihal kepemilikan perangkan lunak. Dengan dukungan finansial yang kuat -- secara sepihak -- mereka membentuk opini masyarakat bahwa penggunaan perangkat lunak tanpa izin/ lisensi merupakan tindakan kriminal.
Tidak semua pihak menerima konsep kepemilikan tersebut di atas. Richard Stallman (
19941996) beranggapan bahwa perangkat lunak merupakan sesuatu yang seharusnya selalu boleh dimodifikasi. Menyamakan hak cipta perangkat lunak dengan barang cetakan merupakan perampasan kemerdekaan berkreasi. Semenjak pertengahan tahun 1980-an, yang bersangkutan merintis proyek GNU (GNU is Not Unix) -- dengan tujuan memberdayakan kembali para pengguna (users) dengan kebebasan (freedom) menggunakan dan mengembangkan sebuah perangkat lunak. Proyek ini memperkenalkan konsep copyleft yang pada dasarnya mengadopsi prinsip copyright, namun prinsip tersebut digunakan untuk menjamin kebebasan berkreasi. Jaminan tersebut berbentuk pelampiran source code, serta pernyataan bahwa perangkat lunak tersebut boleh dimodifikasi asalkan tetap mengikuti prinsip copyleft. Konsep dari proyek GNU ini lebih dikenal dengan istilah "free software".
Prinsip-prinsip 
free software tersebut memiliki banyak kesamaan dengan OSS. Namun menurut Richard Stallman (1998), free software lebih menekankan pada hal hakiki yaitu kebebasan mengembangkan perangkat lunak. Sedangkan menurut Eric S. Raymond (2000), OSS lebih menekankan aspek komersial seperti kualitas tinggi, kecanggihan, dan kehandalan. Dengan demikian, konsep OSS diharapkan lebih menarik perhatian pelaku bisnis, investor, dan bahkan para raksasa perangkat lunak. Bahkan Esther Dyson (1998) memperkirakan, bahwa raksasa seperti Microsoft pun akan memperhitungkan serta memanfaatkan OSS, seperti halnya mereka memanfaatkan internet.
Konteks pembahasan tulisan ini ialah posisi kelompok negara yang sedang berkembang dalam memanfaatkan OSS. Negara seperti ini terkadang diobok-obok oleh lembaga-lembaga dunia seperti International Monetary Fund (IMF) dan World Bank (WB) dengan penunggangan agenda-agenda lain secara terselubung. Penunggangan tersebut umpamanya berupa pemaksaan sepihak, terhadap pengertian konsep Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Dengan demikian, yang secara tidak langsung mereka telah menuduh masyarakat kita sebagaipembajakpencuritidak bermoraltidak menjunjung nilai etika, dan sejenisnya. Perlu diingatkan bahwa negara kita bukan satu-satunya surga perangkat lunak tidak berlisensi. Hal ini sudah mendarah daging di seluruh Asia. Kita hanya kalah melakukan public relation dalam hal pura-pura aktif melakukan pemberantasan. Bahkan di sebuah negara Asia Tenggara yang konon sudah "maju" dan "beradab", ditemukan perangkat lunak tanpa lisensi secara melimpah ruah.





Cikal Bakal Tradisi OSS

Sekilas telah terungkap perihal manfaat dari OSS serta potensi penyelesaian problema yang dihadapi oleh dunia ketiga. Namun selain tidak trivial, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pengadopsian OSS tidak berjalan mulus di semua sektor. Bagian ini akan mengkaji rangkaian peristiwa yang pernah terjadi milenium yang lalu di Indonesia pada umumnya, dan Universitas Indonesia pada khususnya. Banyak kejadian pada saat tersebut yang tidak terdokumensi secara sistematis, sehingga pembahasan ini semata berdasarkan catatan pribadi (Samik-Ibrahim, 1998a2000a2000b). Namun, diharapkan sudah cukup untuk memberikan gambaran perihal rangkaian kejadian pada saat tersebut.
Hingga 1970an, perangkat keras komputer berbentuk 
main frame atau mini yang dikelola oleh sebuah tim yang eksklusif di dalam sebuah "ruang kaca" yang steril. Populasi komputer secara keseluruhan sangat sedikit berhubung harganya sangat mahal. Pemeliharaan instalasi komputer dipercayakan kepada agen pemasok (supplier), sehingga supervisi kepemilikan perangkat lunak dapat dilakukan secara relatif ketat. Walau pun demikian, terkandang para pemasok tersebut meminjamkan perangkat lunak tanpa seizin pemilik lisensi.
Tahun 1980an ditandai dengan kemunculan komputer Apple II berbasis 6502 /1 MHz dengan opsi tambahan prosesor Zilog Z80/ 2 MHz. Komputer ini menggunakan media penyimpanan disket yang mudah digandakan, sehingga memudahkan pendistribusian perangkat lunak 
Public Domain (PD) mau pun Shareware. Namun, media disket ini pun menyebabkan kehadiran perangkat lunak tanpa lisensi yang sering diberi istilah perangkat lunakbajakan.
Pola penggunaan perangkat lunak tersebut dilanjutkan pada saat kehadiran PC berbasis Intel 8088 (16 bit/ 4.77 MHz/ PC/MS-DOS), serta 
work-station unix berbasis Motorola 68k (32 bit). Jika sebelumnya bentuk pendistribusian dalam bentuk biner, pada sistem berbasis unix juga disertakan source code dari program tersebut. Selain dengan media magnetik, pendistribusian juga mulai dilakukan melalui jaringan secara online(ARPAnet), atau pun secara batch (usenet) dengan newsgroup seperti comp.source.unixalt.source, dan sejenisnya. Penyertaan source code dan pendistribusian melalui jaringan ini merupakan cikal bakal tradisi OSS.
Tema penelitian bidang ilmu komputer pada era 1980an ini mencakup pemodifikasian dan pem-porting-an perangkat lunak jenis PD. Motivasi penggunaan PD ini tersebut bukan berdasarkan moral, melainkan kepraktisan belaka yaitu meneruskan/ mengikuti trend penelitian di luar negeri. Beberapa perangkat lunax yang digunakan pada waktu itu seperti GCC Compiler untuk Unix, UUCP, CNEWS 2.11, X.400 ean, Silicon Compiler, Cross Compiler (Modula 2, Pascal), UIUC Notes, dan lain sebagainya.





Proses Pemasyarakatan Linux di tahun 1990an

Menjelang akhir 1980an and awal 1990an, hadir perangkat PC yang cukup canggih (i486) yang dilengkapi sistem operasi seperti SCO Xenix dan SCO Unix. Selain stabil, sistem operasi tersebut mendukung berbagai jenis perangkat keras dan perangkat aplikasi bisnis. Namun, kekurangan dari sistem tersebut diantaranya lisensi yang mahal sehingga kembali menjadi sasaran "pembajakan". Selain itu, tanpa penyertaan source-code berakibat sistem operasi tersebut sulit dimodifikasi/ fine tuning.
Pada tahun 1991, Linus Torvalds memperkenalkan kernel Linux melalui 
newsgroup "comp.os.minix" yang disambut secara oleh komunitas programer. Namun tidaklah demikian sambutan dari kalangan dunia usaha, berhubung kernel tersebut masih kurang stabil serta tidak didukung oleh perangkat asesoris yang memadai. Setahun kemudian, bung Paulus Suryono Adisoemarta dari Texas, memperkenalkan distribusi SLS dengan kernel versi 0.9 kepada masyarakat Indonesia. Sayang sekali, versi tersebut pada saat itu masih memiliki beberapa kelemahan, terutama dalam mendukung perangkat keras seperti ethernet board dan serial board. Pada tahun 1994, penulis memperkenalkan distribusi Slackware dengan kernel versi 1.0.8 kepada masyarakat akademika di Universitas Indonesia. Distribusi ini sudah mendukung TCP/IP serta X11R4. Slackware menjadi populer dikalangan para mahasiswa UI, karena pada waktu itu merupakan satu-satunya distribusi yang ada :-). Secara bersamaan, Linux mulai digunakan pada salah satu mesin operasional IPTEKnet, yaitu MIMO.
Bersamaan dengan pengenalan distribusi ini, Internet komersial mulai hadir di Indonesia. 
Sustainable Development Network Indonesia dapat dikatakan merupakan merupakan proyek pertama (1994) yang menggunakan Linux di luar komunitas riset/ pendidikan. Distribusi yang digunakan ialah Slackware (kernel 1.0.9) pada mesin 486 33Mhz, 16 Mbyte RAM, 1 Gbyte disk, serta leased-line ethernet 10 Mbps ke IndoInternet. Setahun kemudian (1995), IndoInternet berhasil diyakinkan untuk mulai mengadaptasi sistem Linux. Sistem pertama yang digunakan untuk operasional merupakan router dengan tiga ethernet board (kakitiga.indo.net.id) yang digunakan untuk mensegmentasi intranet mereka. Selain itu, sistem pendaftaran domain ".ID" pun (nomad.extern.ui.ac.id), menggunakan mesin Linux.
Tanda-tanda aktivitas Linux pun mulai bermunculan serentak di mana-mana pada tahun 1995 tersebut. Bung Bambang Nurcahyo Prastowo memperkenalkan distribusi S.u.S.E 4.4.1 (kernel 2.0.29) pada masyarakat Yogyakarta. Sebuah milis Linux pernah dirintis pada tahun 1996, namun gagal karena kekurangan inersia. Setahun berikutnya, dapat dikatakan sebagai tahun kebangkitan Linux Indonesia. Sebuah milis kembali terbentuk, yang diikuti oleh berbagai InstallFest, lokakarya, seminar, serta publikasi berturut-turut di media KompuTek,Mikrodata, dan InfoKomputerKelompok Pengguna Linux Indonesia (KPLI) pun menjamur di berbagai kota di Indonesia. Perlu dicatat dan ditekankan, bahwa kegiatan tersebut berkembang di luar UI dan IndoInternet. Bahkan dapat dikatakan, kontribusi UI dalam memasyarakatkan Linux: "nyaris tak terdengar".





Faktor Sukses

Kesuksesan Linux di Indonesia merupakan sinergi dari sekurangnya empat faktor yang akan diungkapkan berikut ini. Pertama, diperlukan provokator yang bertugas memperkenalkan sistem Linux melalui milis, seminar, dst. Yang bersangkutan ini tidak harus seorang pakar Linux atau pun terlibat langsung di lapangan. Provokasi ini akan berpengaruh positif terhadap opini masyarakat. Sebaliknya, sifat kepriyayian -- seperti asyik bermain sendiri di menara gading -- berpotensi sebagai faktor penghambat penyebaran Linux. Kedua, pendekatan tidak cukup satu arah bottom up atau pun top down, namun harus ada timbal balik antara keduanya. Provokasi sehebat apa pun tidak akan bermanfaat, jika tidak ada "bahan bakar" (dukungan) yang cukup. Sebagai ilustrasi, masa inkubasi Linux di FUSILKOM UI mau pun di IndoInternet mendapat dukungan penuh baik dari pihak management mau pun dari para pengguna, termasuk partisipasi dari para mahasiswa. Harus juga disadari bahwa tidak semua gagasan akan sukses, dan tidak semua kejadian dapat diprediksi secara presisi sejak awal. Ketiga, harus ada motivasi jelas dan kuat, dan bukan hanya sekedar retorika serta semboyan kosong. Linux menawarkan solusi murah meriah, yang mendapatkan sambutan positif dari para kelompok generasi muda yang pragmatis. Motivasi awal penggunaan Linux di UI semula hanya sebagai terminal X11 yang murah meriah, sedangkan di IndoInternet digunakan sebagai server internet (httpd, ftpd, dan smtpd) alternatif.
Terakhir, suasana dan event yang mendukung. Linux mulai marak pada tahun 1997 seiring dengan peningkatan kepopuleran internet di Indonesia (pra krismon). Inersia yang cukup akan membangkitkan reaksi rantai. Semakin banyak yang menggunakan Linux berarti semakin sedikit yang tidak menggunakan. Populasi pengguna linux yang banyak akan menarik pengguna yang lebih banyak lagi. KPLI yang muncuk dibentuk di sebuah kota dapat mendorong proses pembentukan KPLI di kota berikutnya. Selain itu, pengembangan Linux ini mendapat dukungan teknis secara gotong royong melalu milis.





Pembahasan

Pada perioda 1991 - 1994, kegiatan penyebaran Linux kurang mendapatkan sambutan. Dalam kondisi demikian, provokasi secanggih apa pun tidak akan banyak berpengaruh. Baru mulai 1994, motivasi penggunaan Linux ialah alternatif terminal X11 yang murah meriah. Setahun kemudian, Linux bahkan mulai digunakan secara operasional di sebuah penyelenggara Internet komersial. Selama 1994 - 1997 ini, momentum penggunaan Linux dalam keadaan sangat kritis yaitu: memiliki peluang sama untuk sukses atau pun gagal. Dukungan institusional (top down) dari Universitas Indonesia dan IndoInternet membantu menstabilkan momentum ini, namun tidak sampai menjadi faktor utama kesuksesan Linux di Indonesia! Justru, motor dari kesuksesan Linux ialah para profesional muda yang terjun ke bidang Internet pasca 1997.
Sayang sekali, gerakan OSS ini baru berhasil di lingkungan 
teknis, yang biasanya kurang tertarik untuk menggunakan OSS untuk keperluan bisnis. Diperlukan usaha ekstra untuk memajukan sektor office automationini. Masalah ini tidak dapat hanya diatasi secara bottom-up. Dukungan pimpinan dibutuhkan untuk mendorongpengurangan secara bertahap penggunaan perangkat lunak yang dianggap tanpa lisensi sah. Dukungan top-down ini perlu ditunjukkan dengan mengangkat CIO (Chief Information Officer) yang memiliki komitmen terhadap OSS. Tidak dapat dipungkiri, bahwa usaha ini membutuhkan pengalokasian sumber daya manusia dan biaya yang tidak sedikit. Diperlukan pula unsur kolaborasinya karena banyak hal yang tidak bisa dikerjakan sendiri. Dukungan secara grass-rootbottom-up akan membantu terbentuknya Masyarakat Digital Gotong Royong (MDGR). yang bersifat tidak formal.
Jika negara-negara yang sedang berkembang ini memanfaatkan OSS, dengan sendirinya berarti tidak menggunakan perangkat lunak yang berlisensi. Menurut I Made Wiryana (1998), inisiatif penggunaan OSS dapat dimulai oleh para pendidik bidang teknologi informasi. Harapan mulia ini berpotensi untuk menjadi solusi "win-win" untuk semua pihak. Tak lupa penulis mengingatkan -- terutama kepada diri sendiri -- bahwa para musuh-musuh OSS pada umumnya tidak akan tinggal diam menyaksikan kesuksesan gerakan OSS ini. Mereka akan mencoba secara sistematis untuk mempertahankan pangsa pasar yang telah mereka genggam. Mereka pun tidak akan henti-hentinya menjelek-jelekkan OSS, seperti menuduh tidak handal, tidak terjamin, tidak dipelihara, dst.

Sumber :

Selasa, 10 April 2012

Sedikit tentang Open source








Open Source adalah sebuah sistem baru dalam mendistribusikan software kepada pengguna dengan memberikan program dan source code nya secara gratis! Bahkan pengguna dapat mempelajari dan melakukan   modifikasi untuk membuat software tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka.

Richard M. Stallman,pendiri Free Software Foundation -sebuah organisasi yang mendukung Open Source,mengeluarkan sebuah lisensi software untuk Open Source yang dinamakan GPL (GNU Public License). Lisensi inilah yang saat ini paling banyak  digunakan  untuk mendistribusikan software Open Source.  Selain GPL, masih banyak lisensi software lainnya yang dikembangkan oleh komunitas Open Source.

  Berikut adalah keuntungan software Open Source:

  Sisi pengguna:

  1. Free (bebas)
  2. Pengguna dapat terlibat dalam pengembangan program karena memiliki source codenya
  3. Respon yang baik dari pemakai sehingga bug dapat ditemukan dan diperbaiki dengan lebih cepat.

Sisi developer:
  1. Seluruh komunitas mau dan dapat membantu untuk membuat software anda menjadi lebih baik
  2. Tidak ada biaya iklan dan perawatan program
  3. Sebagai sarana untuk memperkenalkan konsep anda

inux adalah sebuah contoh yang bagus. Banyak sistem operasi yang berusaha meniru kisah sukses Linux, tetapi Linux tetap yang paling sukses hingga saat ini. Aspek positif dari Open Source adalah penerimaan yang luas untuk software yang benar-benar bagus. Tetapi keuntungan tersebut tidak cukup, terutama untuk orang yang memang bekerja dengan membuat program (programmer), mereka membutuhkan uang untuk melanjutkan pengembangan software mereka (dan untuk makan tentunya).
Mungkin beberapa dari pembaca berpikir, ini gila, jika kita membagi-bagikan software kita dengan gratis, bagaimana kita dapat bertahan? Bagaimana kita dapat menghasilkan uang?Tapi tunggu,ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghasilkan uang dari ekonomi Open Source ini. Tapi penting untuk diketahui bahwa hanya software yang memang bagus yang dapat bertahan dan menghasilkan uang, program yang jelek tidak dapat bertahan (kecuali anda memaksa orang-orang untuk membelinya!).Berikut adalah beberapa diantaranya:
  1. Jual program dan source code dan manual book dalam sebuah box, program tersebut gratis jika pengguna mau mendownloadnya sendiri, tetapi pengguna harus membayar untuk mendapatkan produk komersialnya.
  2. Jual program tambahan yang memanfaatkan teknik tingkat tinggi program Open  Source anda.
  3. Jual dukungan teknis untuk membantu pengguna menggunakan produk tersebut.
  4. Jual jasa untuk customize program sesuai dengan kebutuhan pengguna yang berhubungan dengan software.
  5. Sisipan iklan pada software.
  6. Mencari sponsorship dari perusahaan yang dibuat.
  
Itu adalah sebagian kecil contoh tentang bagaimana menghasilkan uang dari software Open Source, seperti yang dapat anda bayangkan,Open Source tidak hanya menguntungkan pengguna, tetapi juga menguntungkan bagi developer. Saya rasa ini adalah solusi win-win. Jadi bagaimana pendapat anda?
 
sumber :http://ezine.echo.or.id/ezine1/sedikit%20tentang%20Open%20source.txt 

Sabtu, 07 April 2012

Download Kumpulan Software OpenSource di OpenSource-DVD.org Secara Gratis!

 
Saat ini ada banyak sekali software OpenSource yang bisa kita download dan gunakan secara gratis. Tidak sedikit dari software open source tersebut yang memiliki kualitas jauh lebih bagus daripada software berbayar yang memiliki fungsi sejenis. Katakan saja Filezilla, FirefoxKeepass, dan masih banyak software opensource lainnya yang bagus dan bermanfaat. Bagi anda yang ingin mendownload kumpulan software opensource untuk windows secara gratis, anda bisa mendownloadnya di opensource-dvd.org
opensource-dvd.org adalah website yang menyediakan kumpulan software opensource untuk windows yang bermanfaat. Saat ini ada sekitar 115 opensource software pilihan yang bisa anda download satu per satu ataupun bisa anda download langsung semuanya dalam bentuk ISO DVD.
opensource-dvd.org menyediakan kumpulan direct link software opensource dalam berbagai kategori meliputi dekstop software, graphic and photo software, internet /network software, multimedia software, office software, programming software, screensaver, security software dan utilities.
Nilai tambah yang ditawarkan oleh opensource-dvd.org adalah link download software yang lebih cepat, daftar software yang up to date, software yang disediakan merupakan software pilihan dari berbagai kategori opensource, serta disediakannya link download dalam bentuk ISO DVD bagi anda yang ingin mendownload semua software opensource tersebut.

List software opensource yang disediakan oleh opensource-dvd.org bisa anda lihat di halaman berikut ini:
http://www.opensource-dvd.org/proglist.htm
Anda bisa mendownload software opensource yang anda inginkan di halaman tersebut. Bagi anda yang ingin mendownload semua list software tersebut, anda bisa mendownload versi ISO DVD nya disini:
http://www.opensource-dvd.org/isodownload.htm